kinoki detok

center> Navigation by WebRing. WebRing Code Installation

Rabu, 20 Februari 2013

KEPASYRAHAN




PENERlMAAN (KEPASRAHAN)

Kepasrahaan willykaihatu
"T I D A K ada yang tak layak dari penerimaan." willykaihatu  masih ingat jelas willykaihatu  pertama mendengarnya. willykaihatu langsung menyadari ini akan mengubah hidup willykaihatu.Kami  tahu kami telah berahun-tahun menolak segala hal yang telah, bagaimanapun juga, membawa pada eksistensi willykaihatu  tanpa mengafikan penolakan kami untuk menerimanya.
Bila sesuatu itu ada, maka itulah penerimaan. Tidak menerima berarti hidup dalam penyangkalan dan terus terjebak di dalamnya. Itu pilihan Saudara  sendiri. Fakta yang sederhana, apa pun yang ada merupakan kemandirian sikap yang kita ambil.

Tidak ada yang tak layak dari penerimaan, yaitu tentang seberapa de kat kebenaran universal itu dapat kita temukan. Jika seorang pembunuh melakukan pembu­nuhan, planet beracun, dan 20.000 orang mati kelaparan,-akan tak terhitung rasa tegang dan amarah akan mengubah

berkeringat, jantung berdetak keras, dan pikiran berputar­putar seperti orang gila. Kemudian, sesuatu dalam diri willykaihatu  mulai berubah. kami  menyadari sedang menolak peristiwa ini. kami merasakan ketegangan yang menyelimuti diri willykaihatu. kami  menarik napas panjang dan mengembuskannya.
willykaihatu  pasrah menerima semua yang terjadi. Wanita yang willykaihatu cintai lebih dari apa pun di dunia ini mungkin akan mati kapan saja. Setidaknya sebagian dirinya yang me­nginginkan itu terjadi. Kenyataannya, bisa kami  hadapi atau tidak? Kami  memilih berlapang dada, lalu tiba-tiba kebahagiaan kembali menerpa.
Tiba di rumah sakit walau masih dengan kekhawatiran tinggi, willykaihatu sudah pasrah dengan apa pun yang mungkin terjadi. Hasilnya, willykaihatu menjadi penyemangat yang lebih tenang dan kuat di saat yang paling dibutuhkan istri. Untuk kami berdua, ini merupakan berkah dari sikap menerima (pasrah). Dan mungkin itulah yang menyelamat­kan nyawanya

Sebagai pemuda, saya habiskan banyak waktu untuk berkampanye menolak berbagai kebijakan politik. Namun, dalam hati, willykaihatu selalu merasa buruk, dihancurkan kenyataan hidup yang tak bisa willykaihatu terima. Akibatnya, willykaihatu gunakan cara liar dan kasar untuk menyelesaikan masalah. Dalam sekejap, saya terbakar karena hidup dalam kete­gangan.
Kalau kami waktu itu willykaihatu menerima semua penolakan, maka mungkin hidup ini terasa lebih bahagia dan menjadi aktivis yang lebih efektif. Dan mungkin bisa meneruskan usaha-usaha willykaihatu hingga kini, serta tidak terbakar di dalamnya.

Pasrah bukan berarti menyerah. Kadang, dalam pasrah ada amarah yang besar. Menerima amarah sarana pentingnya dengan menerima hal lain. Dan saat kita menerimanya, kita mengizinkan rasa lega datang. Dalam keadaan lega, amarah mungkin membekas atau tidak. Sebaliknya, kemarahan yang besar, ketika datang, 1000 kali lebih kuat daripada kejahatan.
Tidak ada yang tak layak dari penerimaan, seperti pinru tanpa gagang, gatal yang tak pernah hilang, suara musik yang bising di tetanggga sebelah-hal itu bisa kita suka atau tidak. Walau kita mati, dunia masih akan penuh dengan hal-hal yang membuat kita ingin lari. Kekuatannya sarna dengan penolakan. Saat kita berhenri menolak, kita bebas merasakan kelegaan. Setelah terasa lega, kita punya surnber tak terbatas unruk mengubah keadaan.

berkeringat, jantung berdetak keras, dan pikiran berputar­putar seperti orang gila. Kemudian, sesuatu dalam diri saya mulai berubah. KAMI  menyadari sedang menolak peristiwa ini. Saya merasakan ketegangan yang menyelimuti diri saya. willykaihatu menarik napas panjang dan mengembuskannya.
kami  pasrah menerima semua yang terjadi. Wanita yang saya cintai lebih dari apa pun di dunia ini mungkin akan mati kapan saja. Setidaknya sebagian dirinya yang me­nginginkan itu terjadi. Kenyataannya, bisa willykaihatu hadapi atau tidak? Saya memilih berlapang dada, lalu tiba-tiba kebahagiaan kembali menerpa.

Tiba di rumah sakit walau masih dengan kekhawatiran tinggi, willykaihatu  sudah pasrah dengan apa pun yang mungkin terjadi. Hasilnya, saya menjadi penyemangat yang lebih tenang dan kuat di saat yang paling dibutuhkan istri. Untuk kami berdua, ini merupakan berkah dari sikap menerima (pasrah). Dan mungkin itulah yang menyelamat kan nyawanya


Kesadaran willykaihatu
J A RA K antara penolakan dan kepasrahan itu seluas galaksi, tetapi juga sedekat tarikan napas. Langkah pertamalah yang paling menantang walau tidak mem­butuhkan gerakan apa pun. Itu diperlukan untuk meng­giring penolakan kepada kesadaran diri.
Kesadaran diri, pengalaman yang dialami langsung mengizinkan kita melepas dan mengenali penolakan. "willy kaihatuseorang pecandu alkohol." "willykaihatu benci pekerjaan ." "kami tidak dapat tahan rasanya di mulut kami."
Pengakuan tentang penolakan terpancar dari dalam diri. Kita merasakannya secara fisik dan emosi. Pengakuan memberi sedikit kelegaan, walau masih ada ruang besar unruk menciptakannya. Pertama yang datang, wahyu, lalu dengan melaksanakannya akan menjadi rutinitas ibadah.
Berdiskusi tentang kesadaran diri dengan cara ini membuatnya mudah dilakukan. Keberimtungan semacam

ini ridak ada. Perekat yang mengikar kira pada penolakan iru tidak terlihar. Semakin ingin kira lepas, justru semakin mengikat. Kadang, kira bertahan dan bergantung pada rasa ketidakinginan melepaskan diri dari kehidupan yang disayangi.

Conrohnya saat willy kaihatu menulis artikel ini. willykaihatu berada antara kesibukan kerja dan tabungan yang menipis. Willykaihatu  seperti bijih besi yang dipanaskan rapi belum membentuk apa pun. Kami  panik setiap saat. Tubuh kami menegang dan napas melemah. willykaihatu berada dalam lingkaran dilema. ''Apa yang harus willykaihatu lakukan? Kami  tidak bisa hidup seperti ini! Willykaihatu  harus berbuat sesuatu!"
Di saat-saat seperti ini, walau ada secercah kesadaran diri, separuh diri willykaihatu ingin membunuhnya. Kami  pikir, "Ini bukan penolakan. Ini nyara! Ini hidup saya! Berkhayal saja ridak akan mendarangkan uang di domper saya! Saya harus melakukan sesuaru!"
Saat merekarkan diri pada penolakan dengan sangat kuat, willkaihatu seperti dibutakan sinar rerang. Semua kepanikan kami  ialah bukan renrang melakukan apa saja, tetapi rentang penolakan untuk menerima kenyataan. Saya kekurangan uang dan perasaan bahagia arau menderira tidak mengubah kondisi keuangan kami.
Kerika kami  mampu meraih kesadaran diri dan melepas penolakan, kenyataan hidup masih rerjadi. Namun, kami  jadi lebih bebas meliharnya dengan lebih jelas. Jika mengikuri kesadaran diri iru unruk memenuhi kepasrahan

dan memperbarui rasa lega, maka kualitas usaha kami  semakin membaik.
Hal ini akan berlangsung sangat cepat, tanpa kegaga­lan, tidak peduli orang ataupun tantangannya. Rasa lega memenuhi diri kita dengan energi yang produktif, membuat kita menyadari kenyataan, dan menjadikan kita tetap fokus menghadapi masalah. Hasilnya, kemampuan dan keefektifan diri kita meningkat. Kita menjadi makin pintar mengerjakan sesuatu tanpa harus kerja keras.
Itu terjadi pada diri willy kaihatu. Gambaran situasi dan cerita willykaiahtu mungkin bisa membuat Anda berpikir dan bertanya­tanya kenapa harus membaca buku tentang kebahagiaan yang ditulis oleh orang yang belum bisa mewujudkannya. Walaupun sangat ingin memerinci semua pencapaian willkaihatu, namun tetap tidak relevan untuk dibahas dalam artikel  ini. Jawaban sebenarnya, seperti yang telah kita bahas di awal, kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan kondisi luar (lahiriah) kita. Kebahagiaan tidak datang dari sejumlah kesuksesan dunia. Pada hakikatnya, kebahagiaan ada pada semua orang, tanpa melihat status sosial mereka.

Sejauh ini, kita sudah membahas proses alami rasa tegang dan rasa lega. Kita telah melihat bagaimana ketegangan itu, yang membatasi akses kita mendapat kebahagiaan, yang diperparah dengan penolakan. Peno­lakan bisa berubah jika dilawan dengan penerimaan (kepasrahan). Cara menghadirkan kepasrahan yaitu dengan menyadari penolakan. Setelah berhasil, maka tidak ada lagi
Jarak diri dan penolakan kita .dan kita akan siap melangkah ke tahap selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar